Halaman

Rabu, 03 Juli 2013

GARINGGING JAYA ! GARINGGING DAPPERE !

Hari ini tanggal 04 Juli 2013 pukul 08.57 wib Saya Wahyu Hidayat Saragih Garingging SH meluangkan waktu untuk memperkenalkan Jati diri etnis Simalungun marga Garingging di blog ini. Semoga banyak suku Simalungun yang membaca isi blog ini.

Sebagai suku Simalungun marga Garingging Saya ingin menjadi sesuatu yang berguna untuk Kota/kabupaten Simalungun.

untuk memulai sesuatu yang baik sebenarnya sangat mudah.
Suku Simalungun diakui oleh para antropolog dan sejarawan sebagai penduduk asli (native group) daerah Sumatera Timur.
kaum pendatang sangat pantas menghormati dan tunduk kepada aturan yang berlaku di Simalungun.

Harta dan hak-hak adat masyarakat adat Simalungun harus dipulihkan kembali, sebab kerajaan-kerajaan Simalungun sudah ada jauh sebelum Republik ini berdiri, bila perlu membawa kasus ini ke Amnesti Internasional, sebab telah merugikan eksistensi penduduk asli Sumatera Timur.

Hanya Kerajaan Raya yang tidak dapat ditaklukkan oleh kolonial belanda semasa dipimpin Oppung Rondahaim (1828-1891), gelar Tuan Namabajan, Raja dengan ribuan tentara ini menghadang belanda sampai ke Bedage, membakar perkebunan belanda yang waktu itu direncanakan akan diperluas sampai daerah dataran tinggi Simalungun.

Meriam Oppung Rondahaim yang diantarkan oleh Jorbaik Sigumonrong ke Bedage itu, mampu menembak sampai ke pantai laut Bedage waktu itu. Lantas mengapa Oppung Rondahaim dijuluki Tuan Raya Namabajan? (bajan=jelek, bengis atau Tuan Na Mabisang) Bisang=kasar, kejam. karena Oppung Rondahaim tidak mau tawar menawar menghukum yang bersalah. Kalau ada yang berbuat jahat, misalnya membunuh orang, disidangkan oleh gamot (semacam menteri kabinet) Kerajaan Raya dan Raja dengan hukuman tembak mati. Karena itulah di Kerajaan Raya ada tempat yang disebut Nakka Pamunuhan (dibawah pohon nangka tempat eksekusi narapidana), yaitu di Desa Rayabayu sekarang.



Kita mulai dari Raja Garingging Kerajaan Raya :


Marga Garingging pertama (Hasusuran-1) itu sendiri muncul saat salah seorang Puanglima (Panglima) dari kerajaan Nagur dijadikan menantu oleh Raja Nagur dan selanjutnya mendirikan satu kerajaan baru di Raya (di sekitar daerah yang kini disebut Pematang Raya, Simalungun).


  1. Sipinangsori Garingging  (Tahun 1400) dinikahkan dengan putri Raja Nagur yang tidak punya saudara Laki-laki (1428).
  2. Raja Raya, Tuan Lajang Raya ((lahir 1430)
  3. Raja Raya Khali (lahir 1465) (Namanya memakai nama wilayah kerajaannya, sebab tidak diketahui lagi siapa nama aslinya)
  4. Raja Gukguk (lahir 1500)
  5. Raja Unduk (lahir 1530)
  6. Raja Denggat (lahir 1590)
  7. Raja Minggol
  8. Raja Poso (lahir 1615)
  9. Raja Nengel (lahir 1640) menikah dengan putri Raja Panei boru Purba Dasuha
  10. Raja Bolon (lahir 1675)
  11. Raja Martuah (lahir 1710
  12. Raja Raya Tuan Morahkalim (lahir 1755) Kakek Tuan Rondahaim Garingging
  13. Raja Raya Tuan Jimmahadim, Tuan Huta Dolog (lahir 1790-1826) ayah Tuan Rondahaim menikah dengan Ratu Ramonta Purba Dasuha (berasal dari Panei) anak perempuan Guru Raya dikaruniai 3 orang anak. Tuan Murmahata adalah adik Tuan Jimmahadim yang membesarkan dan mendidik Tuan Rondahaim Garingging sampai dewasa. Guru Jotang, Guru Juhang pakon Guru Murjama adalah paman Tuan Rondahaim. juga saudara-saudara Guru Raya yang lain, seperti Guru Onding dan Guru Nuan, yang memberi banyak petuah.
    Rondahaim je vader getrouwd was met de koningin van het oude Ramonta Dasuha (afgeleid van Panei) Leraar dochters Koninkrijk gezegend met 3 kinderen. Tuan Tuan Jimmahadim Murmahata is de jongere broer die Mr Rondahaim Garingging voeden en te onderwijzen in de volwassenheid. Jotang Guru, Guru Guru Juhang pakon Murjama is oom Mr Rondahaim. Ook broers Guru Raya anderen, zoals leerkrachten en docenten onding Nuan, die veel advies gaf. Tuan Jimmahadim memiliki keturunan antara lain :
    Tuan Joranim (banuaraya tongah), Tuan Imbang (sindar raya), Tuan Taim (raya bosi), Tuan Puteri Kumek, Tuan Puteri Rimmani, dan Tuan Amborokan, Tuan Sahari (parassiluman), Tuan Arga (dolog merawan), Tuan Nanti (siborgung) dan Tuan Rondahaim (tuan raya nabajan),Tuan Puteri Essem dan Tuan Puteri  Mudaha
  14. Tuan Sinondang. (saudara tiri Tuan Jimmahadim) dengan pertimbangan yang dalam Tuan Sinondang, mengangkat Tuan Rondahaim jadi Panglima Tertinggi Kerajaan (RAJA GORAHA) yang masih berusia 20 tahun. 3 Tahun kepemimpinan Tuan Sinondang, Tuan Manak Raya (mahata) salah satu penguasa bawahan Kerajaan Raya membuat pernyataan sikap untuk keluar dari kerajaan Raya dan ingin menjadikan Manak Raya sebagai sebuah negeri yang berdiri sendiri. Maka Tuan Sinondang memimpin langsung penyerangan ke Manak Raya yang didampingi Tuan Rondahaim selaku Panglima Tertinggi Kerajaan. Pertempuran di Manak Raya Tuan Sinondang terkena tembakan diperutnya tepatnya dikantung kemihnya dan meninggal ditempat. maka naiklah Tuan Rondahaim sebagai penerus tahta Kerajaan Raya.
  15. Raja Raya Tuan Rondahaim (lahir 1828 Di Simandamei - wafat 1891)  Napoleon der Batak, karena keperkasaan dan ketekunan menghadapi Belanda yang ingin menjajah negeri Simalungun. memiliki 2 orang saudara Perempuan yaitu Tuan Puteri Essem dan Tuan Puteri  Mudaha. Sedangkan saudara tiri berbeda ibu adalah Tuan Joranim (banuaraya tongah), Tuan Imbang (sindar raya), Tuan Taim (raya bosi), Tuan Puteri Kumek, Tuan Puteri Rimmani, dan Tuan Amborokan, Tuan Sahari (parassiluman), Tuan Arga (dolog merawan), Tuan Nanti (siborgung). Tuan Rondahaim memiliki keturunan antara lain : Tuan Salain (dolog saribu), Tuan Pusia (huta dolog), Tuan Likkar (sorbadolog), Tuan Rabajo (sibayak), Tuan Maruhur (sorbadolog), Tuan Aja (parassiluman), Tuan Jattam (silou marihat), Tuan Jandi (durian baggal), Tuan Garama, Tuan Surat (lattosan), Tuan Urung tama (lappar), Tuan Hurung (banuraya), Tuan Patiaman (bahsawa), Tuan Jailam (bongguran), Tuan Jahei (silou raya), Tuan Horasma (sorbadolog), Tuan Noran (gunungdatas), Tuan Anggara (hapoltakan), Tuan Jamauli (sigundaba), Tuan Ramaihot (sinondang), Tuan Jamauhur (bawang), Tuan Jamairing Abdullah (Sambosar raya), Tuan Bulanda (nagurusang), Tuan Horainggota (sinondang), Tuan Hora (bahmayu), Tuan Mamu, Tuan Morti (silou raya).
  16. Raja Raya Tuan Sumayan (Hapoltakan) (lahir 1857, dinobatkan jadi raja tahun 1892) anak Tuan Rodahaim, ibu dari Tuan Bajalinggei yang berakhir dengan pendandatanganan Korte Verklaring 1907. Tuan Sumayan memiliki keturunan antara lain : Tuan Sarialam (siantar), Tuan Anjah (sinondang), Tuan Getek (bongbonganpahu), Tuan Buttu (sisawa), Tuan Gariatam (manakraya), Tuan Bona (parkopian), Tuan Atti (nagurusang), Tuan Jari (tombaksihala), Tuan Jaulan Kaduk (rayakahean), Tuan Tailam, Tuan Adim (paratuban), Tuan Jotti, Tuan Morgahatim (silauraya), Tuan Radim (hutailim), Tuan Mori (raya dolog), Tuan Ating (hapoltakan), Tuan Taralamsyah, Tuan Joa.
  17. Raja Raya Tuan Gomok (Bajaraya) (Lahir 1881-1940 ) dilahirkan Puang Bolon dari Bajalinggei juga. menikah dengan Tuan Puteri Raja Panei Boru Purba Dasuha (puteri tertua Raja Panei Tuan Bosar Sumalam Purba Dasuha adik perempuan dari Tuan Kamen Purba Dasuha bersaudara. Satu lagi adik perempuan Tuan Kamen Purba Dasuha kawin dengan Kepala Nagari Simanindo di Samosir marga Sidauruk tetapi tidak ada anak. menjalin hubungan baik dengan C. J. Westenberg Controleur Urusan Batak di Damak Jambu (Bangun Purba) sejak tahun 1902. Pada tanggal 7 November 1902, Westenberg menerima penyerahan Raya dengan ditandatanganinya Korte Verklaring oleh Harajaan Raya dan Tuan Sumayan sebagai raja Raya. Tuan Gomok memiliki keturunan antara lain : Tuan Horman, Tuan Umar, Tuan Suman, Tuan Sahman, Tuan Jopan (opung kandung saya), Tua Johani, Tuan Johati, Tuan Mardin, Tuan Anggaraya, Tuan Saluddin, Boru Lama (kariahan namarombah murdin), Boru Amin (namarombah malim), Boru Hanna (namarombah kinnok), Boru Mahainta.
  18. Tuan Yan Kaduk Saragih Garingging adalah Perintis pembangunan jalan penghubung Sondiraya-Sindar raya(1940 – 1946) Terjadi Revolusi sosial. Tuan Aribert yang lahir tahun 1947 tidak pernah menjadi raja atau tidak pernah dianggap tuan karena Revolusi sosial Simalungun menjadikan seluruh keturunan raja harus dibunuh.   De sociale revolutie plaatsgevonden. Mr Aribert die werd geboren in 1947 is nooit een koning of heer werd nooit beschouwd als sociale revolutie Simelungun maken de hele koninklijke lijn moet worden gedood.
Muncul pertanyaan dalam diri saya. Diantara nama-nama Raja Garingging diatas, Raja ke berapakah leluhur saya???

Kalo saya dengar dari orangtua saya, kata beliau opung saya lahir di Sorbadolog. Oppung saya bernama Jopan Saragih Garingging. Setelah opung saya menikah beliau memeluk agama islam (tidak tau tgl, bulan dan tahun memeluk islam) setelah memeluk agama islam, opung saya mengganti nama nya menjadi Umar Saragih Garingging.
Oppung J. Saragih Garingging (1915-1982) memiliki keturunan antara lain : Djibin (hamzah), Djalep (jalif), Rajaulan (H. Burhan Saragih)----orangtua kandung saya, Djakub (yakub), Effendy (M. Jalel efendy), Boru Gonel (siti raihan), Boru Nauli (siti khairani), Boru Taing (salamah).

Opung saya lahir tgl 27 Maret 1915 dan meninggal dunia tanggal 20 Februari 1982 dan dikebumikan di tanah wakaf  Bulian Kota Tebingtinggi. Semasa hidupnya opung saya banyak membantu orang. terutama urusan kerja, bisnis, sakit dsb nya. Kata orangtua saya, opung memiliki ilmu kebatinan yang luar biasa, diturunkan dari leluhurnya dan pernah berguru juga kepada seseorang.



 Sayang,
sekali ilmu yang beliau miliki tidak diturunkan kepada anak cucu nya. Pada masa dahulu selain marga Sinaga, Purba, Saragih, Damanik (SIPASADA) tersebut dianggap mata-mata musuh atau bukan Orang Simalungun maka akan di hukum dengan berat (hukuman mati).
Menurut cerita Oppung Saya yang diatas itu, Dahulu kala jika Raja Raya berperang melawan musuh yang tangguh (sulit dibunuh) ia berdoa dan bersumpah jika musuh yang dia lawan wafat ditangan nya, maka darah si musuh diminum agar bertambah kekuatannya.



Ngomong-ngomong mengenai leluhur ada beberapa nilai-nilai luhur dalam ajaran Simalungun (HABONARON DO BONA).
Pendukung ajaran Habonaron Do Bona pada umumnya adalah masyarakat Simalungun yang juga dikenal dengan Halak Timur. Masyarakat Simalungun merupakan salah satu dari enam sub-suku bangsa Batak yang secara geografis mendiami daerah induk Simalungun. Pada masa dahulu kala Ajaran Habonaron Do Bona bersatu padu dengan adat budaya Simalungun atau Adat Timur, sebagai tata tuntunan laku dalam kehidupan sehari-hari masyarakat dalam menyembah Tuhan Yang Maha Esa. Selanjutnya ajaran Habonaron Do Bona tentang alam mengatakan bahwa alam adalah ciptaan Tuhan. Alam memiliki kekuatan-kekuatan. Dalam alam ini penuh dengan kekuatan-kekuatan gaib, yaitu kekuatan yang berasal dari Tuhan Yang Maha Esa maupun dari arwah leluhur. Bencana Banjir (halonglongan), gampa bumi (sohul-sohul), angin ribut (aliogo doras), petir (porhas), kegagalan panen, wabah penyakit dan bahkan tidak mendapat keturunan pun adalah merupakan perwujudan dari kekuatan gaib Tuhan dan leluhur, yang diperkenakan kepada alam dan manusia.

Jadi, kekuatan gaib memang tidak terlepas dari kebiasaan leluhur saya tempo doeloe. Garingging adalah Marga Simalungun yang tergolong hebat. Kenapa saya katakan demikian? Ada Marga Purba, Damanik dan Sinaga, tetapi yang mampu memperluas tanah Simalungun dari jajahan Belanda dan mengangkat martabat Simalungun di mata Bangsa Belanda adalah Raja Raya Tuan Rondahaim Garingging.
Ada beberapa cuplikan teks diambil dari makalah Dr. Suparyitno M.Hum (Ketua Prodi Magister S-2 Ilmu Sejarah FIB USU), Seminar , Aula UNEFA Hapoltakan Raya, 1 Februari 2013. “ …tidak ada suatu alasan kiranya bagi kita sebagai bangsa….untuk melupakan nama Tuan Rondahaim Garingging diantara nama nama pahlawan pahlawan nasional kita seperti Raja Sisingamangaraja XII, Teuku Umar dan Teuku Cik Di Tiro di kawasan Sumatera Utara” (Sangti, Sejarah Batak, 1977).
Ketika Belanda hendak memasuki wilayah Batak Timur (Simalungun) mereka menyadari bahwa satu satu nya Raja Simalungun yang paling keras menentang masuknya Belanda ke Simalungun adalah Tuan Rondahaim Garingging.

Oleh sebab itu pada tahun 1870, pasukan Belanda menggempur pasukan berkuda dari kerajaan Raya di dekat Tebing Tinggi dan sekitarnya. Dalam pertempuran itu sekitar 8000 orang pasukan Raya (orang Batak Timur) menunjukkan perlawanan yang sangat gigih di bawah pimpinan Raja Goraha Gaim, Tuan Angga dan Tuan Pagar Gunung. Oleh karena itu selama bulan Mei sampai Nopember 1872, pemerintah Hindia Belanda mengirim kembali ekspedis militer nya untuk menumpas perlawanan Tuan Rondahaim Garingging yang mereka namai “perang batak”. Dari penyebutan nama “perang Batak” sesungguhnya secara militer Belanda sudah memasukkan perang dengan Tuan Rondahaim Garingging sebagai bagian yang tidak terpisahkan dengan perlawanan rakyat sunggal di bawah pimpinan Datuk Kecil bermarga Surbakti yang terjadi pada bulan Mei 1872, oleh Belanda di sebut “Batak Oorlog”.

Berdasarkan kesamaan waktu kejadian, bisa ditafsirkan bahwa Tuan Rondahaim sudah sangat mengamati secara serius perkembangan yang terjadi di Sumatera Timur, khusus nya perluasan kekuasaan Belanda dan perusahaan perkebunan di wilayah pantai timur. Dari analisis nya ini beliau yakin hanya tinggal menunggu waktu saja Belanda akan menyerbu simalungun. Oleh karena itu tidak lama setelah menjadi Raja Raya tahun 1848, beliau membangun sebuah pasukan bersenjata yang kuat, senjata di dapat melalui barter hasil bumi dengan pedagang asing di pantai timur Sumatera. Beliau juga memerintahkan pembuatan mesiu dan senjata tradisional seperti tombak, pedang dll.

 Di setiap kampung berbatasan dengan Deli dan Serdang sudah ditempatkan pasukan yang sewaktu-waktu dapat dikerahkan untuk berperang oleh Rondahaim Garingging dari pusat kekuasaannya di Buntu Raya. Pada bulan September 1885, Padang dan tempat tempat lainnya di serang dan diduduki oleh pasukan Rondahaim Garingging. Sultan Deli terpaksa melepaskan daerah Padang. Sultan Deli berusaha membujuk orang orang Batak lainnya untuk melancarkan serangan balasan, tetapi dilarang oleh Residen Sumatera Timur. Kontrolir Serdang yang membawahi daerah Padang juga berusaha meredam raja raya yang ditakuti itu. Setahun kemudian (1886), pasukan Raya kembali melancarkan serangan ke Padang dan Bedagai. Kontrolir Belanda berkali kali memanggil Rondahaim untuk berunding, tetapi ditolak. Akhirnya pada bulan Nopember tahun 1886, Rondahaim mengirim wakilnya, Tobayas bertemu dengan Kontrolir. Dalam pertemuan itu, Tobayas tetap bersikukuh tidak mau tunduk kepada Belanda, bahkan menunjukkan sikap mengancam. Tobayas dan anggota pasukannya ditangkap, namun pada bulan Desember 1886, mereka dibebaskan.

Pada pertengahan kedua bulan September 1887, pasukan Raya dalam jumlah besar (sekitar 6-7 ribu orang / westenberg menyebutkan jumlah pasukan Raya sekitar 2000 orang) menduduki Hulu Padang dan Bedagai kemudian menyerang kampung Bandar Bajambu di Sungai Sibarau dan menghancurkan perkebunan Tembakau. Pasukan Raya benar-benar merepotkan penguasa Belanda, sampai Residen, Assisten Residen dan Kontrolir berada di Tebing Tinggi untuk melakukan koordinasi menghalau pasukan Raya. Pada tanggal 22 Oktober 1887 mereka menyerang pasukan Raya di Dolok Merawan dan Dolok Kahean. Setelah bertahan sekuat tenaga, akhirnya pasukan Raya mengundurkan diri dengan kehilangan pasukannya sekitar 22 orang antara lain Jalanim tewas dan Panglima Muda terluka.

Pasukan Belanda kemudian kembali ke Medan dan beberapa hari kemudian mereka bergerak ke Pagurawan untuk menemui penguasa Tanjung Kasau dan Baja Lingge. Kalam Setia penguasa Bajalinggei, adik ipar Rondahaim menerima baik kunjungan itu dan menyatakan tunduk kepada Belanda pada tahun  1888. Pemerintah Belanda melalui Kalam Setia terus membujuk Rondahaim agar mau bekerja sama dengan Belanda, tetapi tetap ditolaknya. Kerja sama penguasa Bajalinggei dengan Belanda sangat menyakitkan Rondahaim. Oleh sebab itu, pada bulan Februari 1888 beliau melancarkan serangan ke daerah selatan Bajalinggei dan Dolok Merawan.

Ketika pasukan Raya tidak mampu lagi melakukan perlawanan secara frontal menghadapi pasukan Belanda dalam berbagai pertempuran, muncul gagasan menarik dari Tuan Arga (Tuan Dolog Merawan) kepada Tuan Rondahaim Garingging. Gagasan itu inti nya adalah menyerang pasukan Belanda siang maupun malam dalam unit unit kecil pasukan Raya dengan cara sabotase, membakar kampung kampung yang sudah dikuasai Belanda dan perkebunan baik pondok, bangsal tembakau maupun tanaman tanaman perkebunan. Tuan Rondahaim Garingging (1828-1891) adalah Raja Kerajaan Raya (sekarang di Pematangraya, Kabupaten Simalungun, Sumut) yang gigih menentang dan melakukan perlawanan terhadap Kolonialisme Belanda pada masanya. Ia diusulkan menjadi salah satu Pahlawan Nasional dari Sumatera Utara.

Waktu Belanda memasukui Rayakahean, Rondahaim mengadangnya dengan menebang pohon besar yang melintang di Dolog (Gunung) Simarsopah, dekat Desa Bahpasunsang sekarang. Sampai sekarang tempat itu dikenal orang dengan nama Pangolatan (tempat mengadang /Belanda).

Tuan Rondahaim menghabiskan waktunya untuk mempertahankan Simalungun dari serbuan pasukan Belanda. Beliau adalah satu satunya raja dari Sumatera Utara yang tidak pernah ditangkap Belanda sampai akhir hayatnya. Horas Opung Rondahaim Garingging !

oke ? Saya akan menuliskan di blog ini mengenai
Angka Tahun Sejarah Batak
Permulaan Generasi Pertama Manusia
Tahun 600-1200
Komunitas Batak di Simalungun memberontak dan memisahkan diri dari Dinasti Batak, Dinasti Sori Mangaraja di pusat. Mereka mendirikan kerajaan Nagur. Mereka ini keturunan Batak yang bermukim di Tomok, Ambarita dan Simanindo di Pulau Samosir. Di kemudian hari kerajaan Nagur di tangan orang Batak Gayo mendirikan kerajaan Islam Aceh.
Simalungun merupsakan tanah yang subur akibat bekas siraman lava. Siraman lava dan marga tersebut berasal dari ledakan gunung berapi terbesar di dunia, di zaman pra sejarah. Ledakan itu membentuk danau Toba. Orang Simalungun berhasil membudidayakan tanaman, selain padi yang menjadi tanaman kesukaan orang Batak; Pohon Karet.
Hasil-hasil pohon karet tersebut mengundang kedatangan ras Mongoloid lainnya yang mengusir mereka dari daratan benua Asia; orang-orang Cina yang sudah pintar berperahu pada zaman Dinasti Swi, 570-620 M. Di antaranya Bangsa Yunnan yang sangat ramah dan banyak beradaptasi dengan pribumi dan suku bangsa Hokkian, suku bangsa yang dikucilkan di Cina daratan, yang mengekspor tabiat jahat dan menjadi bajak laut di Lautan Cina Selatan.
Kolaborasi dengan bangsa Cina tersebut membentuk kembali kebudayaan maritim di masyarakat setempat. Mereka mendirikan kota pelabuhan Sang Pang To di tepi sungai Bah Bolon lebih kurang tiga kilometer dari kota Perdagangan. Orang-orang dari Dinasti Swi tersebut meninggalkan batu-batu bersurat di pedalaman Simalungun.
Di daerah pesisir Barat, Barus, kota maritim yang bertambah pesat yang sekarang masuk di Kerajaan Batak mulai didatangi pelaut-pelaut baru, terutama Cina, Pedagang Gujarat, Persia dan Arab. Pelaut-pelaut Romawi Kuno dan Yunani Kuno sudah digantikan oleh keturunan mereka pelaut-pelaut Eropa yang lebih canggih, dididikan Arab Spanyol. Islam mulai diterima sebagai kepercayaan resmi oleh sebagian elemen pedagang Bangsa Batak yang mengimpor bahan perhiasan dan alat-alat teknologi lainnya serta mengekpor ‘Kemenyan’ komoditas satu-satunya tanah Batak yang sangat diminati dunia.
Islam mulai dikenal dan diterima sebagai agama resmi orang-orang Batak di pesisir; khusunya Singkil dan Barus.

Tahun 1339-1947.
Kerajaan Dolok Silo dan Raya Kahean berakulturasi menjadi kerajaan Batak/Simalungun, namun tetap berciri khas Hindu/Jawa absolut. Konon kerajaan ini mampu berdiri selama 600 tahun. Menjadi dinasti tertua di Kepulauan Indonesia di abad 20. Sekitar 250 tahun lebih tua dari Dinasti Mataram di Pulau Jawa.
Pada saat yang sama dua kerajaan lain muncul kepermukaan; Kerajaan Siantar dan Tanah Jawa. Raja di Kerajaan Siantar merupakan keturunan Indrawarman, sementara Pulau Jawa, dipimpin oleh Raja Marga Sinaga dari Samosir. Penamaan tanah Jawa untuk mengenang Indrawarman.

1450-1500
Islam menjadi agama resmi orang-orang Batak Toba, khususnya dari kelompok marga Marpaung yang bermukim di aliran sungai Asahan. Demikian juga halnya dengan Batak Simalungun yang bermukim di Kisaran, Tinjauan, Perdagangan, Bandar, Tanjung Kasau, Bedagai, Bangun Purba dab Sungai Karang.
Perubahan terjadi di konstalasi politik dunia. Para bajak laut Eropa mulai mencari target operasi baru di kepulauan Nusantara yang hilir mudik dilalui para pedagang-pedagang Internasional; Arab, Afrika, India, Gujarat, Punjabi, Yunnan dan tentunya kelompok bajak laut lokal; Hokkian.
1450-1818
Kelompok Marga Marpaung menjadi supplaier utama komoditas garam ke Tanah Batak di pantai timur. ‘Splendidi Isolation’ Bangsa batak mulai terkuak. Yang positif bisa masuk namun tidak yang negatif.
Mesjid pribumi pertama didirikan oleh penduduk setempat di pedalaman Tanah Batak; Porsea, lebih kurang 400 tahun sebelum mesjid pertama berdiri di Mandailing. Menyusul setelah itu didirikan juga mesjid di sepanjang sungai Asahan antara Porsea dan Tanjung Balai. Setiap beberap kilometer sebagai tempat persinggahan bagi musafir-musafir Batak yang ingin menunaikan sholat. Mesjid-mesjid itu berkembang, selain sebagai termpat ibadah, juga menjadi tempat transaksi komoditas perdagangan. Siapapun berhak membeli, tidak ada diskriminasi agama. Toleransi antara Islam dan Agama S.M.Raja berlangsung begitu erat dan hangat.

1812 M
Muhammad Faqih Amiruddin Sinambela, menjadi orang pertama dari lingkungan kerajaan Dinasti Sisingamangaraja yang menunaikan ibadah haji ke Mekkah. Informasi ini didapat dari sebuah catatan keluarga, bertuliskan Arab, komunitas Marga Sinambela keturunan Sisingamangaraja di Singkil. (Tuanku Rao; Ompu Parlindungan)

1816
Elemen mata-mata Belanda mulai menyusup ke Tanah batak dengan misi; memetakan daerah serta kekuatan dan menentukan titik-titik penembakan artileri di pusat-pusat kekuasaan tanah Batak.
Jenderal Muhammad Fakih Amiruddin Sinambela, Gelar Tuanku Rao, panglima Paderi, meluaskan pengaruhnya di Tanah Batak Selatan.


Sapangambei Manoktok Hitei
Freedom is Courage To Choose